Surabian Night

Menarik diri dari masyarakat tanpa berinteraksi, 
menangis, tersenyum-senyum dan tertawa sendiri
adalah tanda-tanda gangguan jiwa. (anonim)

Malam ini, Lembang begitu cerah, sepotong rembulan berwarna perak menggantung di awang. Beberapa konstilasi bintang ikut memeriahkan langit malam, cahayanya berpijar kelap-kelip dalam keberaturan. Aku dapat melihat bintang bintang itu berhamburan di langit seperti taburan debu kapur pada blackboard yang baru saja dilap seorang dosen dengan kain basah, terlihat jelas, tampak putih berkilap dan banyak. Sedangkan rembulan itu mungkin tampak seperti kepala dosen yang botak di bagian belakangnya dan ia sedang menghadap pada blackboard itu.

cerita, cerpen, kisah, kisah nyata     Gambaranku mungkin agak sedikit memaksa tapi aku memang sedang melamunkan keadaanku bila kuliah. Aku hanya bisa melamunkannya karena aku tidak benar benar kuliah. Bila aku bercerita pada orang lain bahwa aku pernah kuliah di UNPAD atau kuliah di UPI, itu bohong, kalau berpura pura menjadi mahasiswanya, itu baru benar. Kepura-puraanku sebagai mahasiswa juga adalah akibat dari seringnya aku melamun seperti ini. Bukti bahwa imajinasiku terinterpretasikan pada teori dan kobohongan.

     Jam di Hpku baru menunjukan pukul sembilan tapi malam semakin senyap. Para penduduk lain mungkin sudah tertidur pulas di atas kasur kapuknya dan menutupi tubuh mereka dengan selimut tebal. Hawa dingin mulai terasa, segelas bajigur dan sepiring surabi oncom yang menemaniku juga telah menjadi dingin sejak tadi. Namun aku masih betah, dengan langit yang secerah ini aku perkirakan kabut baru akan menutupi daerah ini pada pukul 3 dini hari, maka walaupun dingin aku tak ingin melewatkan malam ini begitu saja.

     Aku sedang berada di loteng rumahku, duduk termenung di serambi luarnya yang menghadap ke timur. Di tempat inilah biasanya aku sering moyan, melamun, membaca, dan melakukan kegiatan tak produktif lainnya. Bila pagi tiba, disini aku bisa melihat matahari terbit dan bila malamnya secerah malam ini, aku akan menatapi langit seperti yang sedang kulakukan ditemani camilan favoritku, surabi dan bajigur. Tidak selalu, tapi sering juga.

     Sebenarnya aku tak mau merusak keindahan malam ini dengan membayangkan bahwa rembulan seperti kepala botak seorang dosen tapi aku sendiri tak berdaya melawan kemampuan imajinasiku yang selalu ngawur tapi tetap menghibur, kadang membuatku terharu dan kadang tertawa juga. Aku tak bisa menahan imajinasi ini yang berlari-lari, melompat-lompat dan kadang bisa terbang. Akibatnya aku pasrah saja pada kekacauan pikiranku dan mulai menikmatinya.

     Sekarang aku mulai membayangkan bahwa dosen itu sedang memberikan test pada para mahasiswanya, ia menggambar bentuk layangan seperti rasi bintang biduk selatan di blackboardnya yang sebenarnya adalah bagian langit yang sedang kutatapi.

Oke rekan semua, cobalah hitung luas layang layang ini, terdapat 2 pasang segitiga dengan ukuran yang berbeda, alas dan tingginya dapat kalian lihat dari keterangan yang telah saya tulis, waktu kalian 3 menit untuk menghitungnya, dimulai dari,, sekarang ! “ kata dosen itu.

     Sekarang aku dapat melihat rasi bintang pisces seperti angka 6 dan 9 yang merupakan ukuran tinggi kedua pasang segitiga itu yang bila dijumlahkan akan didapat ukuran panjang layang layang. Sedangkan ukuran lebar layang layang itu adalah 7, terlihat dari bentuk rasi bintang scorpio.

Setelah 3 menit berlalu.

Oke,, waktu habis,, waktu kalian habis “ kata dosen itu

     Suasana begitu hening, begitu sepi. Bulu kudukku merinding. Aku mulai melirik ke kanan dan ke kiri, menatap dosen itu lagi.

Ada yang berani menjawabnya ? ayo tunjuk tangan !” lanjut dosen.

     Tapi tak ada siapapun disini kecuali aku. Apakah aku harus menjawabnya ? Andai saja aku masih ingat rumus phytagoras tentu akan kuacungkan jariku sambil melompat, berdiri dari tempat dudukku lalu menjawabnya. Hey! inikan cuma lamunanku, lagipula pelajaran anak SD seperti itu tak mungkin diajarkan pada mahasiswa, iyakan?

     Mau bagaimana lagi, aku memang belum pernah kuliah, tak tahu apa yang diajarkan disana. Tapi aku bersyukur setidaknya aku masih bisa hidup untuk menjalani hal lain yang mungkin lebih menyenangkan. Aku melahap habis surabi terakhirku, lalu menenggak bajigur hingga tetesan terakhir. Lalu kutatap bulan lagi, ia menggantung semakin tinggi, bintang bintang semakin terang dan pikiranku semakin jauh melayang.
     Kini aku membayangkan diriku sebagai serigala yang terpisah dari kawanannya. Sendirian aku di bawah rembulan, meraung-raung dalam kesunyian malam. Aku melolong memanggil kawananku berharap mereka mendengarkan, aku melolong lagi hingga serak, aku melolong lagi hingga habis suaraku. Ketika aku hampir putus asa, aku mendengar suara. Tapi itu bukan suara serigala, itu suara perempuan.

Itu suara perempuan!

     Tiba tiba saja lamunanku buyar oleh suara perempuan yang tertawa, suara itu menakutkan dan membuatku merinding. Bulu kudukku berdiri, aku menoleh kekanan-kiriku, tak ada siapapun. Aku menoleh ke belakang, tak ada orang. Lalu suara itu terdengar lagi, lebih jelas, lebih keras. Suara perempuan itu begitu menakutkan, seram. Itu suara kuntilanak.

Astagfirullah “ kataku kaget.

     Tak ada kuntilanak, dan memang tidak ada kuntilanak kecuali hanya dalam film, suara itu adalah bunyi rington telepon di Hpku. Sial, siapa yang menelponku malam-malam begini, pikirku.

Aku lalu mengangkat telepon itu yang ternyata berasal dari temanku, Abdul Ghofur.

Haloo,, pur ?” kataku.

Assalamu’alaikum, kasep” salamnya.

     Abdul Ghofur adalah teman santriku dulu di Pondok Al Barokah, Ia selalu menyebutku kasep, bukan karena wajahku tampan, bukan juga karena wajahnya jelek meski jauh dari harapan. Itu karena waktu di Pondok aku pernah kasepak kaki kuda, sejak saat itu dia mengolok-ngolokku dengan kata kasep. Dia memang pandai mengejek.

Wa’alaikumussalam, ada apa Abdul? Malam-malam begini kau telepon aku?” kataku.

Kau lagi nganggur kan? Butuh kerjaan gak?” katanya.

Kerja apa dulu brow, kalau cuma jadi kuli lagi aku tak mau?” kataku.

Ini bisnis bung, kau mau bisnis kan?” katanya.

Wuihh,, bisnis apa nih? Sejak kapan kau jadi Bisnismen?” kataku heran.

Ah jangan Bisnismen lah, terlalu keren, sebut aja Juragan!” katanya sok merendah.

Hah Juragan,, Juragan apa?” kataku semakin penasaran.

Bakso,, Juragan bakso.” Katanya bangga.

Kau mau aku dagang bakso,,” kataku.

Iya, aku lagi buka cabang, tenang ngga dorong grobak kok” katanya.

Bolehlah lah kalo memang jualan di kios mah” kataku.

Bener mau? Aku serius nih” katanya.

Iya bolehlah, yang penting halal” kataku.

Oke kalo gitu aku sms kan alamatnya, besok kau datanglah kesana, aku jemput” katanya lalu menutup telepon.

     Waktu yang pass, aku memang sedang butuh pekerjaan. Tidak apa-apa lah berjualan, Nabi sendiri saja berdagang. Sepertinya aku harus berterima kasih pada Abdul temanku itu, meski sering mengejek ternyata dia baik hati.

     Tiba tiba hpku berbunyi lagi tapi bukan suara kuntilanak. Kali ini suara sms yang masuk. Kubuka, lalu sebuah alamat dengan huruf besar semua muncul.

DESA TANDAM , KOMPLEK PASAR 6 JAWA

BINJAI UTARA – MEDAN.

     Aku tercengang, kaget, tak percaya dengan apa yang kubaca. Aku lemas tak berdaya, ini lebih mengerikan dari suara kuntilanak tadi, tapi kali ini aku tidak takut justru aku ingin tertawa. Aku benar benar dikerjainya, dia menawariku pekerjaan jadi tukang bakso di Medan. Gila! Aku sungguh tak percaya.

Author by OGIE

The Man With His Temple


: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ 
” لَمَّا قَضَى اللَّهُ الْخَلْقَ، كَتَبَ فِي كِتَابِهِ عَلَى نَفْسِهِ، فَهُوَ مَوْضُوعٌ عِنْدَهُ : إِنَّ رَحْمَتِي تَغْلِبُ غَضَبِي”
(رواه مسلم (وكذلك البخاري والنسائي وابن ماجه

Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, dia berkata; Rasulullah SAW bersabda, “Ketika Allah menetapkan penciptaan makhluk, Dia menuliskan dalam kitab-Nya ketetapan untuk diri-Nya sendiri: Sesungguhnya rahmat-Ku (kasih sayangku) mengalahkan murka-Ku" 
(HR. Muslim, Bukhori, An-Nasai, Ibn Majah)



Di sebuah biara, tampak angin berhembus perlahan seolah mengucapkan salam kepada penghuninya. Menyejukkannya. Begitu pun awan yang bergelombang tiba tiba datang ketika panas menerpa biara itu, seolah olah memang datang hanya untuk menaunginya. Meneduhkannya.

kisah juraij, kisah biarawan, juraij dan biaranya

Bahkan ketika hujan datang dengan lebatnya, tiada segenang air pun membanjirinya. Hujan itu hanya membasahi atapnya seolah olah memang datang hanya untuk membersihkannya. Biara yang sederhana itu pun menjadi tampak tegak menjulang dan bersih cemerlang.

Juraij lah sang penghuni biara itu, yang juga telah membangunnya. Seorang abid dari kaumnya. Ia mengkhususkan pembangunan biara itu untuk peribadahannya kepada Allah. Di biara itulah Ia melarutkan diri untuk mengingat Allah, beribadah dengan khusyu’nya. Disanalah Ia menghabiskan banyak waktunya hanya untuk beribadah kepada Allah. Hanya untuk Allah. Kepada Allah.

Suatu hari seperti biasa, Juraij berada di dalam biara. Ia tampak teduh dalam salatnya seolah memang hanya salatlah yang bisa meneduhkan hatinya. Meneguhkan keimanannya kepada Allah. Dan memang kaena salat meneduhkan jiwa.

Ketika itu datanglah Ibundanya tercinta memanggilnya untuk suatu keperluan, namun bukan di saat yang tepat karena Juraij masih khusyu’ dalam peribadahannya kepada Allah. Juraij tak hendak meninggalkan salatnya maka dalam hatinya ia berkata “Yaa Tuhanku itulah ibuku dan ini salatku”.

Esok harinya Sang Ibu datang kembali untuk menemuinya. Namun Juraij juga berada dalam salatnya sehingga ia kembali tak menjawab panggilan ibunya. Dalam hati Juraij kembali berkata, “Yaa Tuhanku itulah ibuku dan ini salatku“.

Dan untuk yang ketiga kalinya sang ibu mendatangi Juraij dan memanggilnya dengan keras “Hai Juraij!“ namun Juraij pun tak menjawabnya. Lagi lagi dalam sholatnya Juraij berkata “Yaa Tuhanku itulah ibuku dan ini salatku “.

Manusia mana yang tak akan kesal bila panggilannya tak dihiraukan? Maka Ibunya pun merasa kesal karena tak juga mendapatkan waktu yang tepat untuk menemui anaknya. Dan lebih kesal lagi karena anaknya tak juga menyambut panggilan ibunya. Lalu syetan menghias hiasi kekesalannya dengan kemarahan yang sangat.

Dalam kemarahannya sang ibu berdoa “Yaa Allah janganlah kau matikan ia sehingga seorang pelacur mendatanginya “.

Sungguh Allah itu Maha Mendengar dan tiada suatu apapun yang luput dari pengawasanNya. Sudah menjadi takdir bahwa doa sang ibu akan menghantarkan Juraij pada fitnah yang menguji keimanan dan ketulusannya dalam beribadah kepada Allah. Suatu cobaan yang tak tertanggungkan. Karena doa ibu untuk anaknya pasti dikabulkan.

Tapi itulah takdir, seperti itulah kekuasaan Allah menimpa kita semua tanpa kita akan duga, menguji kita dan bahkan menyakiti kita. Maka bersabarlah dan mintalah perlindungan kepadaNya. Bila Allah mampu menimpakan cobaan pada kita maka Dia pun mampu untuk menghilangkannya, namun kadang kala kita lupa dan akal kadang menyangkal. Disinilah sesungguhnya kita diuji, akankah kita bertelanjang iman ataukah berjubah kesabaran?

***

Sementara itu disisi lain Kota, terdapat suatu tempat hiburan dimana para lelaki datang hanya untuk mabuk-mabukan dan bermain dengan para penari wanita. Orang-orang itu hanyalah pemuja kesenangan, sedikit dari mereka yang mengenal Tuhan. Bibir mereka hanya basah karena tegukan anggur dan ciuman para pelacur. Suatu tempat untuk memuaskan nafsu dan birahi. Tapi, tempat itu selalu ramai dikunjungi mereka yang memang haus akan kesenangan duniawi.

Di tempat itu seorang wanita menari-nari dengan lenggak-lenggok tubuhnya. Aura kecantikan memancar dari kerlingan matanya yang menggoda. Wajahnya yang seputih salju tampak kemerahan terkena sinar-sinar lilin yang menghiasai ruangan. Aduhai!

Wanita itu menari-nari mengelilingi para lelaki, bermaksud menggoda, mencari lelaki yang mau menyewanya. Sungguh disayangkan memang, kecantikan seorang wanita itu telah diperjual-belikan namun bagi wanita itu inilah pilihannya untuk hidup. Pilihan hidup yang salah.

Rayuan wanita itu tak seorang pun bisa menolaknya disana, namun tersiar kabar kepadanya tentang seorang yang ahli ibadah bernama Juraij yang tak bisa diganggu dari peribadahannya kepada Allah bahkan oleh ibunya sendiri.

Setelah mendengar kabar ini Si wanita itu pun berhasrat untuk merayu Juraij. Ia mungkin merasa jika berhasil merayu Juraij hingga keluar dari peribadahannya maka perbuatannya segera akan melambungkan namanya dan menaikan “harga dirinya”.

Si wanita pun berkata, “Aku akan menggugurkan ibadahnya Juraij

Maka wanita itu pun berangkat ke biara tempat Juraij berada. Tak sulit menemukan biara itu karena memang tempat itu telah begitu terkenal di kalangan mereka. Dan setiap kali wanita itu bertanya pastilah orang-orang segera bisa menunjukkannya.

Tak lama setelah wanita itu sampai di biara, ia pun segera melakukan aksinya menggoda Juraij. Segala cara dan tipu daya telah dilakukan oleh wanita itu untuk merayunya namun Juraij tetap tertegun kepada Tuhannya. Juraij lebih memilih salat kepada Allah sebagai pemuas hati dan hasratnya daripada bercinta dengan seorang wanita.

Hanya saja ada sedikit rasa sesal dihatinya, yaitu mengapa harus ada pelacur di biaranya. Juraij takut akan ada bencana yang menimpanya namun Ia tetap terpekur dalam dzikirnya. Tetap teguh dalam peribadahannya. Juraij melanjutkan salatnya.

Demi menyaksikan keteguhan hati Juraij dalam beribadah, wanita itu pun menyerah. Ia dan setan yang menghasutnya gagal meluluh-lantakan keimanan Juraij. Akhirnya wanita itupun memutuskan untuk pulang.

Namun, Cobaan bagi mereka yang beriman kepada Tuhan, tak berhenti sampai disana. Selalu ada cobaan yang jauh lebih besar dari yang sebelumnya. Dan hanya mereka yang di lindungi Allah lah yang mampu melewati setiap cobaan itu. Maka mengapa kita tak memohon pertolonganNya? Mengapa kita justru berpaling dariNya? Wahai, saksikanlah bagaimana Allah menolong Juraij, bukankah Allah selalu menolong hamba-hambaNya?

Dalam perjalanan pulang si wanita bertemu seorang pengembala tak jauh dari biara. Si pengembala itu terpesona oleh kecantikan sang wanita dan si wanita pun merasa harus menghilangkan rasa kecewa di hatinya terhadap Juraij.

Maka si wanita itu pun menghampiri si pengembala dengan penuh rayuan dan menggodanya. Jatuhlah si pengembala itu pada nafsu dan hasratnya yang menggebu dan kepada si wanita itulah si pengembala melampiaskannya. Maka terjadilah suatu perbuatan keji itu di antara keduanya. (Naudzubillahi min dzalik)

Pada waktunya; Wanita itu kemudian hamil karena perbuatan si pengembala kepadanya. Dan ketika bayinya terlahir orang-orang bertanya kepada wanita itu siapa pelakunya. Wanita itu yang masih memendam rasa kecewa kepada Juraij segera menjawab, “Inilah anak dari hasil perbuatan Juraij

Betapa hinanya seorang abid yang terpedaya hingga berzina di dalam biara, pikir mereka. Mereka pun murka kepada Juraij dan segera berbondong bondong pergi ke biara. Mereka memaksa Juraij keluar dari biaranya dan menghancurkan biaranya.

Setelah menghancurkan Biara, semua orang yang datang lalu memukuli Juraij. Maka Juraij bertanya kepada mereka, “Mengapa kalian berbuat demikian ini? Apa sebabnya?“.

Mereka menjawab, “Kamu telah berzina dengan pelacur ini sehingga melahirkan anakmu

Dalam derita Juraij berkata, “Lalu dimanakah bayinya ?

Merekapun membawa bayi dan wanita itu kehadapannya. Juraij merasa heran lalu berkata, “Lepaskanlah aku untuk salat

Mereka merasa iba dengan kondisinya. Maka mereka yang menyekapnya, akhirnya melepaskannya dan mengizinkannya untuk salat. Juraij pun segera salat dan berdoa memohon pertolongan Allah.

Seusai dari salatnya, dengan penuh keyakinan Juraij menghampiri mereka dan mendekati bayi itu. Dengan perlahan Juraij menekan bayi itu dengan jarinya dan berkata, “Siapakah ayahmu ?

Keajaiban pun datang menyatakan pertolongan Allah atas hambanya, Juraij. Dan seperti itulah keajaiban akan selalu datang pada hamba-hambaNya yang beriman. Si bayi yang masih mungil itu kemudian bisa bicara atas izin Allah. Si bayi menjawab, “Si fulan sang pengembala

Serentak orang-orang yang telah merusak biara dan memukuli Juraij kaget dengan ucapan bayi itu sehingga dengan segera meminta maaf kepada Juraij atas perbuatan mereka. Mereka kemudian memeluk dan mencium Juraij dengan penuh tahzim. Mereka menyesal telah menghakimi seorang yang tak bersalah diantara mereka dengan hukum yang semena mena. Mereka lebih percaya kepada berita seorang pelacur dari pada ketulusan seorang yang ahli ibadah diantara mereka.

Kemudian mereka berkata “Apakah kami harus mengganti biaramu dari emas?

Juraij berkata, “Tidak, kembalikan saja seperti sedia kala

Maka orang orang pun meninggalkan wanita itu dan bayinya. Mereka kini berbondong bondong untuk membangun kembali biara yang telah mereka robohkan. The End.


Author by OGIE 


Nb 1: Aku menceritakan kisah ini hanya untukku tapi aku tahu kau akan membacanya. Kisah ini mungkin membosankan bagimu meski aku telah membumbui kisah nyata ini dengan sedikit narasiku. Tapi mungkin, kisah ini juga menyadarkanmu. Entahlah, aku tak tahu.

Yang kutahu, kisah ini menginspirasiku. Mengapa? Karena percaya atau tidak, kisah ini mirip dengan kisah hidupku sendiri saat ini. Kecuali bagian dimana Allah memberi cobaan kepada Juraij untuk menguji keimanannya, dalam kisahku Allah memberikanku cobaan untuk menyadarkanku dari kekufuranku. Cobaannya mungkin berbeda tapi makna filosofinya sama.

Tujuanku sendiri menulis kisah ini adalah untuk mengingatkanku bahwa Allah pasti akan menolong hamba-hambaNya. Hanya itu. Hanya itu. Hanya “Aku berharap Allah segera menolongku.”

Nb 2: Aku telah dengan sengaja menambahkan dan mengubah sedikit cerita ini, tapi itu tak masalah karena cerita ini hanya untukku. Yang jadi masalah adalah aku mempublikasikannya dan “kau” membacanya.

Aku hanya berpesan padamu, cerita asli tentang Juraij ada dalam hadist-hadist di tempatmu mengaji dan ada banyak kisah juga disana yang akan menginspirasimu. Jadi mengapa kau tidak mulai mendatangi pengajian dan belajar hadist? Bukankah kau haus akan pengetahuan?


Akhirnya; Rahasia Menjadi Penulis Hebat Terungkap


Adakah Rahasia untuk menjadi seorang penulis yang Hebat? Bisakah kita mempelajarinya agar menjadi seorang penulis yang hebat? Lalu Bagaimanakah caranya menjadi seorang penulis yang hebat itu?

Rahasia Menjadi penulis hebat telah terungkap dan akan segera saya ungkapkan, tapi karena saya belum menjadi seorang penulis yang hebat  maka biarlah Joe Vitale dalam bukunya Hypnotic Writing yang mengatakannya pada Anda. Dan inilah dia Rahasia itu :

rahasia, penulis, cerita, keterampilan
"Meniru"


Meniru bukan hanya bentuk sanjungan yang paling tulus hal itu juga cara ampuh untuk dengan cepat mempelajari keterampilan menulis yang baru.

Mark twain belajar menulis dengan meniru penulis lain. Sang penulis besar itu, ketika masih remaja, biasa menyusun cetakan huruf surat kabar. Proses pencetakan yang membosankan itu memberi Twain kesempatan untuk meniru para penulis. Saat perlahan menyalin berita-berita itu, ia semakin mengetahui dasar-dasar penulisan yang baik.

Steve Allen, sang selebriti radio dan televisi, belajar menulis humor dengan menyalin cerita-cerita lucu. Allen sering ke perpustakaan, meminjam buku-buku humor, dan kemudian menyalin semua cerita lucu di dalamnya ke kartu-kartu indeks. Karena Allen harus menyalin setiap kata dengan tangan, ia, seperti Twain, mulai mengetahui rumus tersembunyi menulis.

Bagaimana proses meniru bisa menghasilkan keajaiban seperti itu? Mudah.

Anda mungkin selalu berpergian dengan mengendarai mobil. Pernahkah Anda berjalan kaki di jalanan yang biasa Anda lalui dengan kendaraan? Apakah saat itu anda memperhatikan bahwa Anda melihat, mendengar, dan mengetahui lebih banyak hal tentang jalanan itu?

Ketika Anda melambat, anda memerhatikan semua hal menakjubkan yang biasanya terlewat. Hal serupa terjadi ketika Anda menyalin karya-karya hebat. Anda tiba-tiba jadi tahu apa yang biasanya tidak pernah Anda dengar atau lihat.

Saya meminta murid-murid kursus menulis saya memilih sebuah cerita yang mereka sukai dan menyalinnya kata per kata. Latihan itu memberi mereka pengalaman yang sama dengan Mark Twain dan Steve Allen.
Dengan meniru tulisan hebat, anda belajar cara membuat tulisan hebat. Hal itu membuat anda bisa lebih merasakan hal-hal yang kemungkinan besar juga dirasakan sang penulis ketika sedang menulis cerita tersebut. Hal itu sangat ampuh.

Anda bisa meniru siapapun untuk belajar keterampilan baru. Saya telah mengajari pemain harmonika untuk meniru pemain hebat dengan melambatkan kasetnya dan menyalin setiap nada yang mereka dengar. Dan ketika berusia 16 tahun serta ingin menjadi penulis, saya meniru Jack London dan William Saroyan sampai saya memahami cara mereka menulis mahakarya mereka.

Membaca dan menyalin tulisan yang hebat mirip dengan apa yang dilakukan atlet yang menonton video atlet lain. Seorang pemain ski menonton pemain ski yang ahli menangani lereng yang sulit: pemain tenis menonton film juara tenis: perenang menonton video perenang legendaris. Semua orang itu sedang melatih pikiran dan tubuh mereka guna merekam pola-pola untuk menciptakan kesuksesan.

Seorang penulis tidak bisa menonton video penuis lain dan meniru apa yang dilakukan penulis itu karena menulis merupakan pengalaman batin. Tapi jika Anda mengambil tulisan seorang penulis maestro dan menyalinnya, kata demi kata, Anda akan mulai menghayati berbagai kerumitan tersembunyi yang digunakan untuk membuat tulisan itu.

Meniru bukanlah mencuri (kecuali Anda menjual tiruan itu) Meniru adalah belajar. (Maka karena itulah saya meniru tulisan Joe Vitale dalam postingan di blog saya ini ketika tak ada cerita yang ingin saya ceritakan, hehe)
Semakin banyak membaca tulisan yang ampuh, dan semakin banyak menyalinnya dengan tangan anda sendiri, semakin banyak pula Anda melatih pikiran untuk membuat tulisan yang sulit ditolak. 

Tapi, Anda tidak bisa melakukan latihan ini satu kali saja dan melupakannya. Belajar itu tidak pernah selesai Anda mungkin ingin menyisihkan waktu setiap pekan untuk mengajari pikiran anda melaui kekuatan menakjubkan dari meniru.”

.......................

Bagaimana Sob, postingan kali ini bermanfaat kan? Bukankah anda ingin menjadi seorang penulis yang hebat?

Saya sendiri sengaja menulis konten di blog saya ini dengan “menyontek” tulisan orang lain karena saya sedang belajar menulis seperti mereka, jadi mengapa Anda tidak? Saya sendiri terinspirasi “Meniru adalah belajar” itu benar, ketika saya belajar silat dahulu kala,saya meniru guru silat saya memperagakan jurus nya dan akhirnya saya pun menguasai jurusnya dan mampu menciptakan jurus saya sendiri.  

Nah bagi Anda yang mau mengetahui jurus lain dari Joe Vitale tentang menulis dan Hypnotic Writing sebaiknya teruslah berkunjung ke blog saya ini atau belilah bukunya itu yang seharga 62 ribu di toko buku. Pilihan ada di tangan anda, tapi saya tidak hanya akan memposting karya joe vitale saja,  saya memiliki lebih dari seratus buku bagus, kebanyakan Best Seller, yang ingin saya salin ke blog ini, itung-itung belajar kan boleh.


Nb alias Nambah: karena anda tetap setia membaca blog saya ini, maka saya akan memberikan sebuah BONUS untuk anda, silakan Download disini Gratis. Bacalah dan Gunakanlah sebagai latihan anda menulis, dengan meniru tulisannya. Semoga Bermanfaat!


Cara Orang Berpikir

Bagaimanakah cara kebanyakan orang berpikir? Lalu apa manfaatnya bagi kita dengan mengetahui cara orang berpikir? Apa yang bisa kita lakukan untuk mempengaruhi pikiran orang? Apakah Anda ingin bisa mempengaruhi orang lain?

hypnotic writing, joe vitale, cerita
Postingan saya kali ini diambil dari sebuah bab  buku berjudul Hypnotic Writing karya Joe Vitale. Jadi anda tidak perlu ragu lagi, postingan ini sudah valid (apaan valid?) Baca terus.

Saya sengaja mempublikasikannya disini sebagai sarana belajar. Seperti yang Joe Vitale bilang sendiri, meniru tulisan seorang penulis berarti belajar menulis. 

Nah itu dia, saya meniru tulisannya (saya ketik) untuk belajar sekalian membarokahkan ilmu, istilahnya. Jadi selain saya belajar ngetik, Anda pun bisa belajar dari membaca blog ini (bukankah anda beruntung? anda tak perlu membeli buku yang harganya 62 ribu rupiah, anda bisa baca gratis disini!) So here we come!

Ini Dia Jawabannya, Cara Orang Berpikir

Seperti telah saya (joe vitale) sebutkan, pada umumnya isi situs web sangat buruk. Situs web itu ditulis oleh orang-orang yang berbicara tentang dirinya sendiri dan memohon supaya Anda membeli dari mereka (ciga web urang wae nya?) Agar berbeda, Anda harus menulis sesuai cara berpikir orang. Anda harus menciptakan Hypnoyic Writing dalam bentuk yang paling saya sukai: cerita (panan urang ge sok nyarita).

Dahulu, Roger Schank (dibaca roher seuceng), dalam buku akademisnya yang menggugah pikiran, Tell Me a Story, menyatakan, “ Kita tidak mudah mengingat apa yang orang lain katakan jika mereka tidak mengatakannya dalam bentuk cerita. 
Kita belajar dari cerita orang lain, tapi hanya jika apa yang kita dengar berkaitan erat dengan sesuatu yang sudah kita kenal baik” ( Itulah mengapa Cinde memberikan saya nilai 90 untuk cerpen  A Love Story In The Labolotologie, sudah baca belum? ) 
Di tempat lain ia (roher seuceng) menulis, “Orang berpikir lewat cerita”

Singkatnya, jika anda ingin menciptakan Hypnotic Writing mengikuti rumus tiga langkah yang telah saya ajarkan (insya Allah nanti akan saya posting), bentuk terbaiknya mungkin adalah lewat cerita.
Saya menyukai cerita. Artikel, buku, situs web (urang ge suka atuh) dan bahkan paket audio saya yang tersukses semuanya berisi cerita. Cerita adalah cara ampuh untuk menyampaikan pesan anda. Orang biasanya tidak menentang cerita. Dan seperti dikatakan Schank, orang sebenarnya berpikir lewat cerita.

Jika anda mengingat satu definisi yang kami berikan sebelumnya -“Apa pun yang anda lakukan yang membuat pendengar anda bereaksi karena gambar mental yang anda tanamkan dalam benak mereka adalah hipnosis bangun!”- Anda bisa dengan mudah melihat bahwa cerita tertulis adalah cara menakjubkan untuk menciptakan gambar mental yang menimbulkan trans bangun.

Ketika orang membaca cerita Anda, Hal itu terjadi dalam benak mereka. Itulah tempat yang sangat bagus untuk anda. Anda berada dalam panel kontrol operasi seseorang. Semakin membuat mereka berpikir dalam gambar mental, semakin anda membuat mereka terdorong mengambil tindakan di situs web Anda. Singkatnya cerita adalah sarana yang mujarab.

Tapi, bagaimana cara membuat cerita yang di susun dengan Hypnotic Writing yang betul-betul menggerakkan orang untuk bertindak? (Baca terus ya blog saya untuk kelanjutannya)

Nah itulah isi dari salah satu bab buku Hypnotic Writing karya Joe Vitale, intinya adalah mari kita buat cerita menarik untuk mempengaruhi orang, hehehe (namanya juga belajar)

Nb: Untuk postingan berikutnya, bila saya malas berpikir mau bercerita apa, saya mungkin hanya akan memposting isi buku saja, sekalian belajar ngetik cepat. 
Jadi bukalah terus blog saya dan anda akan banyak belajar dari kontennya. Ikutilah terus perjalanan saya dalam cerita di blog ini, jangan lupa di share juga kalau suka ya, Terima Kasih.


Salam Dangdut


OGIE


Kisah Absurd Di Negeri Kabut


2.  BAHASA INGGRIS


Cerita ini adalah lanjutan dari Kisah Absurd Dari Negeri Kabut, bila anda adalah siswa teladan seperti saya dulu maka baca juga cerita absurd yang satu ini,,,,, 


cerita, kisah, absurd, bahasa inggris
ceritanya: jangan nyontek
kalo loe ga mau jadi penjahat!
Waktu itu gue kelas satu sma, dan cerita nya gue lagi semangat semangatnya ngomong bahasa inggris. Sebab musababnya adalah ketika temen temen gue ngehina gue karena cadel. Mereka minta gue untuk ngucapin R untuk nguji lidah gue, 

“coba RRRRRRRR gitu ! “ katanya

Awalnya sih mereka minta baek baek tapi karena gue ga mau mereka jadi maksa gitu akhirnya gue turutin deh apa kata mereka, gue pun coba untuk ngucapin “ (r)LLLLLHLLLLLLhhh”,, 

Mereka pun ketawa sejadi jadinya, ada yang sampai mukul mukul meja , ada yang sampai nangis nangis segala, ada yang sampai jingkrak jingkarak, ada yang sampai tepuk tangan dan yang paling ngeselin adalah temen gue yang sampai terkencing kencing sob....

Setelah mereka puas ketawa, mereka liat gue agak marah gimana gitu dan mereka pun sedikit nyesel dan cerita nya minta maaf dan untuk ngehibur hati gue mereka ada yang bilang,

 “Gie loe tuh cocoknya ngomong pake bahasa inggris aja soalnya orang orang inggris tu pada cadel semua“ katanya.

Gue yang denger begitu agak lega ternyata mungkin gue ga sendirian sebagai orang cadel di dunia ini dan gue pun maafin mereka. (cerita yang absurd )

Suatu ketika akan diadakan ulangan bahasa inggris dan gue yang lagi pede pedenya  ngomong bahasa inggris jadi merasa ga perlu belajar. Pas hari ulangan tiba dan gue baca soalnya gue kaget karena ga ada satu soal pun yang gue ngerti alhasil untuk soal pilihan ganda gue ngasal aja jawabnya sebagaian sih ada yang nyontek juga. 

Trus untuk soal cerita / essay ini nih yang parah gue ga bisa nyontek karena jawabannya ga boleh sama dengan yang lain. Untung aja soal essay cuma ada lima nomber dan gue yang tau sedikit bahasa inggris langsung aja ngejawabnya berurutan,,,

jawaban nomber satu: Yes sirI understand

jawaban nomber dua: This is dificult

jawaban nomber tiga: Sorry

jawaban nomber lima,, eh empat: I dont know

jawaban nomber lima: nah itu dia gue lupa,, hahay

Setelah ngerjain gitu gue sih tetep pede meskipun gue kira nilainya ga jauh jauh amat dari angka tujuh. Dan bener persangkaan gue ketika hasil ulangan di umumkan  gue lah satu satunya siswa yang nilai sepuluh di satu sekolahan ini,,, gue yang ngedenger itu langsung sujud syukur berterima kasih karena ga sia sia gue nyontek.

Namun naas setelah gue bangkit dari sujud,  gue kembali ngedenger bahwa nilai terbesar saat itu adalah..... seratus.


Nb; bagi yang tidak mau naas hidupnya seperti saya sebaiknya baca buku ini!!! penting!!!



Author by OGIE


A Dramatic Tragical Hi-story,


MOYAN


Sudah kubilang, menarik diri dari masyarakat, 
tertawa sendiri, menangis sendiri adalah tanda-tanda gangguan jiwa,
dan jiwaku mungkin terganggu tapi bukan salahku,, (OGIE)



Jauh setelah  kisah Madness Is A Humor dan sebelum Cerita Di Ruang Bisuscene ini mungkin adalah yang paling absurd dalam ingatanku -seingatku memang begitu. Cerita ini mungkin lebih tepat dikatakan Absurditivitas Story daripada realita, bukan karena ketidakjelasannya tapi karena kebohonganku kali ini berbuah pahit dan tragis, sebuah drama tragical history yang menyedihkan tapi juga konyol dan menghibur, ahh sudahlah baca saja ceritanya sendiri. 


story, cerita, cerpen, drama, kisah nyata
the eye see the lie

Pagi itu seperti biasa, kabut tebal masih menyelimuti Lembang. Matahari tampak putih pucat pasi, cahayanya berusaha menembus kabut, mencairkan embun. Meski masih pagi tapi sudah banyak aktivitas yang berlangsung di luar sana. 

Aku sendiri sedang duduk di serambi luar loteng rumahku memperhatikan anak-anak sekolahan dan orang orang yang berangkat kerja, mereka berjalan berseliweran sambil menggigil kedinginan. Aku menunggu matahari meninggi untuk kemudian menghangatkan badanku yang dalam istilah sunda disebut moyan. Ini mungkin lucu, moyan adalah kebiasaan para aki-aki menjelang siang hari, dan aku yang masih muda melakukannya sejak subuh sambil melamun, bodoh dan tidak produktif bukan?.

Embun yang dingin bisa saja membuat paru-paruku basah, tapi aku suka dingin, itu menimbulkan efek gemelutuk pada gigi dan tulangku, bergetar seperti vibrator. Aku merasa seperti Rambo yang sedang menembakkan machine gun-nya, menyemburkan 500 peluru per menit pada musuh-musuhnya. Edan!

Tapi ada hal lain dalam benakku pagi itu, sesuatu yang lebih menarik daripada menggigil kedinginan. Aku berencana untuk menyusup ke dalam salah satu kelas di Fakultas hari ini. Menyamar sebagai mahasiswa. Aku akan mengikuti sebuah saran yang dikatakan Rancho dalam film 3 idiots; 

"Jika kau ingin sekolah kau hanya butuh seragam, hanya seragam, masuklah ke sekolah itu, tak akan ada yang memperhatikan orang sebanyak itu disana, jika kau ketahuan gantilah seragammu dan pindahlah ke sekolah lain."

Aku tahu ini gila, acara televisi memang memberi pengaruh yang buruk, tapi ini adalah rencana yang hebat. Aku tak hanya akan tahu bagaimana bangku kuliah itu seperti apa, tapi juga akan tahu bagaimana rasanya duduk disana. Aku bahkan tidak perlu seragam untuk menyamar, semua mahasiswa hanya berkemeja biasa. Dan bila ketahuan aku akan mengaku saja sebagai intel atau detektif swasta yang sedang mengawasi peredaran narkoba. Dramatis!


                                                            ***


Angkot berhenti di depan sebuah gang lebar yang menuju ke FKG Unpad tiga puluh menit menjelang pukul sembilan, tepat satu jam perjalalanku setelah moyan pada pagi itu. Aku membayarkan ongkosku pada Sopir angkot, melangkah keluar, menjejak trotoar lalu berjalan acuh menuju tempat kerjaku itu. Hanya dalam beberapa menit aku sudah sampai di lantai dua FKG tempat Apotek aku bekerja berada.

Aku segera masuk ke Apotek, baunya yang khas  membuatku sedikit mual. Meski aku telah lama bekerja disini aku sungguh belum terbiasa dengan bau obat-obatan dan alkohol yang tajam di pagi hari sebelum semua aroma itu menguap karena sinar matahari. Suhu terasa dingin dan suasana mencekam. 

Aku berusaha menahan diri dan membiasakan indra perasaku. Lalu kulihat etalase-etalase setinggi dada tempat menyimpan obat, memantulkan cahaya remang-remang dan menimbulkan bayangan yang tampak seperti fatamorgana. Di balik etalase-etalase itu duduk seorang wanita paruh baya yang tampak acuh sambil membaca berita dalam koran. Wanita itu adalah atasanku, Mba Sri namanya.

“Jam berapa ini?” tanyanya padaku.

Tentu saja itu adalah pertanyaan retoris yang tak perlu aku jawab. Ia hanya bermaksud mengingatkanku bahwa aku sudah terlambat tiga puluh menit sejak Apotek buka.

“Iya Mba, maaf tadi saya bangun kesiangan” jawabku.

“Kamu tahu? Sudah berapa kali kamu terlambat?” tanyanya lagi.

Aku menunduk. Pertanyaan retoris lagi, setahuku aku memang sering terlambat tapi tak pernah menghitungnya.

“Maaf Mba,” kataku.

Wajahnya memerah, matanya membesar seperti akan keluar. Sudah jelas kali ini dia akan memarahiku habis-habisan. Tapi sudah menjadi sifatku untuk menghindari konflik yang hanya akan menimbulkan dendam ini.

“Maaf Mba,, maaf,,” kataku lagi sebelum dia berucap sepatah katapun. “Saya izin ke toilet dulu, sudah dari angkot saya menahannya” lanjutku sambil menunjukan wajah memelas.

Wajahnya semakin memerah tapi kali ini ia memejamkan matanya. Pastinya ia sudah sangat kesal namun mencoba menahan emosinya. Alasan mau ke toilet sungguh sangat ampuh. Seperti yang pernah ku ceritakan, atasanku ini mengira aku mengidap beser yang kronis namun tentu saja itu hanya perkiraannya saja dan Naudzubillah bila itu terjadi betulan.

“Ya sudah, sana!” hardiknya.

“Makasih Mba,” kataku.

Aku langsung berjalan cepat keluar ruangan menuju toilet di ujung koridor. Tentu saja aku tak benar-benar ingin ke toilet, aku hanya ingin menghindari atasanku itu marah-marah padaku.

Marah, kawanku, sungguh tak akan menyelesaikan masalah apapun. Segala nalar dan logika akan dimentahkan lagi oleh emosi negatif yang berlebihan ini. Pikiran segera menjadi hingar-bingar oleh hasut dan rayuan setan yang hanya akan menarik perselisihan dan kebencian. Betapapun nanti kita utarakan alasan-alasan yang masuk akal untuk membela diri kita, orang yang marah tak akan mau mendengarkannya, bahkan dalam beberapa kasus orang yang marah tak akan membiarkan lawan bicaranya bicara sedikitpun.

Aku benci pada situasi seperti ini. Bukan salahku bila aku sering terlambat, jarak dari Lembang menuju jalan Dipenegoro ini lumayan jauh, belum lagi angkot yang suka ngetem berlama-lama. Aku bisa saja menyalahkan diriku yang suka moyan tapi bila tak begitu aku belum berani mandi pagi, lagipula menyalahkan diriku hanya akan memberikanku kesan malas walaupun benar begitu adanya. 

Aku rela kehilangan pekerjaan ini daripada aku di marahi karena masalah sepele seperti terlambat. Ayolah Mba, kita ini orang Indonesia terlambat kerja itu hal biasaingin kukatakan hal ini pada Mba Sri, tapi tentu saja itu tak memenuhi etika manapun dan meskipun budaya lelet sudah mendunia, itu berlawanan dengan moral agama yang mengajarkan kita untuk berdisiplin kerja.

Di toilet, aku memandang diriku dalam cermin. Aku merenung, mengira-ngira apa yang akan terjadi setelah ini. Apa yang harus kulakukan? Bagaimana aku meredakan amarahnya nanti? Bagaimana aku bisa menjalankan rencana penyusupanku? 

Bila aku menjalankan rencana penyusupanku dan aku berada lama di dalam kelas apa yang akan dikatakan atasanku, mungkin ia akan menganggap aku terkena diare kronis atau bisa saja ia memecatku karena kesal berlama-lama di toilet dan sering terlambat. Ah, sudahlah jangan banyak berpikir! Lakukan saja, serahkan semua pada Allah Yang Maha Kuasa, pikirku.

Pukul sembilan kurang lima menit, dari toilet aku langsung kembali ke Apotek. Dengan membaca Basmalah aku masuk ke ruangan. Entah hanya perasaanku atau memang suasana ruangan benar-benar berubah, bau obat-obatan dan alkohol tidak lagi terlalu tajam, bau itu berganti wangi bunga lavender yang menyegarkan, yang kutahu bau wangi itu berasal dari cairan pembersih lantai. Suhu ruangan yang tadinya terasa dingin kini mulai hangat, mungkin karena cahaya matahari yang menyeruak menembus kaca-kaca jendela, atau mungkin juga karena suhu dari AC yang dinaikkan, entahlah tapi ruangan benar-benar hangat.

Aku segera menghampiri Mba Sri yang sedang membaca korannya lagi. Wajahnya tertutup koran sehingga aku tak tahu bagaimana ekspresinya.

“Maaf Mba, tadi...”

“Oh ya, ngga apa-apa, duduk!” kata Mba Sri memotong pembicaraanku sambil menurunkan koran yang menghalangi wajahnya.

Aku langsung duduk di kursi plastik di samping kanan Mba Sri. Mba Sri langsung berbalik menghadapku. Kulihat wajahnya tampak ramah dan tenang berbeda seratus delapan puluh derajat dengan raut wajahnya tadi yang seakan mau meledak karena marah. Aku merasa curiga, bukan apa-apa, karena sikapnya ini sungguh berbeda sekali dengan sikapnya selama ini padaku. Biasanya ia selalu cuek dan sinis tapi kali ini ia ramah sekali, senyumnya tampak tak di buat-buat.

"OGIE,,” katanya.

“Iya Mba,,” jawabku sedikit ragu.

“Kalau boleh Mba mau bertanya,, sebenarnya kamu niat bekerja disini atau tidak sih?” tanyanya.

Mendengar itu aku mulai menebak apa isi pikirannya. Rasa-rasanya ia akan dengan senang hati memecatku kali ini, dan itu mungkin menjelaskan sikap ramahnya.

“Mba,, saya tahu bahwa saya seringkali lalai dari mengerjakan tugas,,”

“Nah itu sadar,,” katanya memotong perkataanku.

“Iya tapi Mba,,”

“Ya sudah sekarang tinggal keputusanmu, mau apa?” katanya memotong lagi perkataanku.

Seperti yang kukira, Mba Sri tampak senang sekali ingin memecatku dan ia sudah tak sabaran. Sebenarnya ingin sekali ku ungkapkan bahwa semua kelalaianku, mulai dari sering terlambat sampai seringkalinya keluar masuk tempat kerja sepenuhnya bukan salahku, boleh dibilang aku ini hanya anak magang yang tak mendapat sedikitpun perhatian dan penataran, aku bahkan tak tahu apa sebenarnya tugasku di Apotek ini, apakah aku hanya menungggu pelanggan datang atau apakah aku harus berkeliling mencari pelanggan itu, aku tak tahu. Tapi sesungguhnya alasan-alasan yang ingin ku utarakan tidak akan sedikitpun meluluhkan hati orang yang skeptis ini, maka percuma juga aku mengutarakannya.

“Maksud Mba ?” tanyaku meski sebenarnya aku mengerti.

“Iya, apakah kamu mau bertahan dengan segala kelalaianmu itu atau,,”

“Oh,,” kataku memotong pembicaraannya. “Saya mengerti Mba, jika Mba ingin memecat saya Mba tinggal bilang, tak perlu bertele-tele seperti ini. Sikap saya selama ini sebenarnya sudah cukup memberi alasan untuk itu” kataku tenang meski sebenarnya ada sedikit kesal.

“Baiklah, sudah diputuskan” katanya merasa lega.


***


Keesokan harinya, Aku datang kembali ke Apotek untuk berpamitan. Saat itu Mba Sri dan pegawai lain menyambutku, ekspresi mereka sungguh mengecewakanku, mereka tampak biasa-biasa saja dan memang aku pun berharap demikian, hanya Mba Sri yang tampak antusias.

“Oke teman-teman, minta perhatiannya!” kata Mba Sri lantang.

Beberapa orang yang tampak sibuk alias menyibukan diri segera memberikan perhatiannya.

“Salah Satu teman kita, OGIE , akan mengundurkan diri hari ini, dan saya selaku yang bertanggung jawab disini tak bisa melakukan apa pun kecuali menyetujuinya,,” kata Mba Sri.

Sampai disini Aku merasa keberatan, sungguh keberatan. Rupa-rupanya inilah alasan mengapa Mba Sri tak berani memecatku secara blak-blakan, hal ini juga yang membuatnya tampak senang kemarin, ia telah merencanakan proses pemecatan yang menyakitkan ini. Tapi mengapa dia melakukan hal ini? (sungguh dramatis)

Bukankah lebih terhormat jika ia jujur saja dengan mengatakan telah memecatku, mengapa harus mengatakan bahwa aku yang mengundurkan diri? Sungguh ini adalah perilaku manusia yang belum ku mengerti. Aku sering berbohong, tapi tak pernah dengan maksud menyakiti orang lain, bahkan semua kebohonganku adalah hanya untuk menghibur. Tapi di mulut orang yang skeptis ini, kebohongan adalah senjata yang menyakitkan dan mungkin pula bisa membunuh. (sungguh tragis)

Aku diam berdiri, terpaku kesal karena ucapan Mba Sri tapi aku juga tak ingin membantahnya. Aku mencoba menahan diriku dan memang tak ada yang bisa kulakukan, biarlah ia mengatakan apapun terhadapku karena ini adalah hari terakhirnya kami bertemu. Kupikir-pikir aku juga tak mau bertemu dengan orang seperti Mba Sri lagi meski aku rasa banyak juga orang seperti dia di luar sana.

Aku mulai menyalami rekan-rekanku yang tidak terlalu kukenal itu. Beberapa orang menunjukan simpatinya dan mendoakanku agar aku mendapat pekerjaan yang lebih baik, Aku mengamini doa mereka meski aku tak yakin akan kemana setelah ini. Padahal baru beberapa bulan saja aku bekerja, pekerjaan ku yang pertama setelah lulus SMA, dan kini aku harus mencari pekerjaan lain lagi yang tak kutahu apa itu. 

Aku mulai merasakan kegagalan, aku pernah gagal untuk kuliah, pernah gagal untuk mewujudkan beberapa rencanaku dan aku memakluminya karena kegagalan itu adalah proses panjang pencapaian tujuan hidupku tapi kegagalanku kali ini sungguh membingungkanku. Aku gagal dalam sektor yang tak termasuk list tujuanku, harusnya aku senang. (historis)

Seharusnya aku senang telah terbebas dari pekerjaan yang membosankan. Aku tak akan lagi mencium bau yang tajam dari obat-obatan. Tak akan ada lagi orang yang selalu sinis padaku seperti Mba Sri. Aku bisa moyan sepuasku saat pagi hari. 

Ya, harusnya aku senang, tapi aku tak bisa berbohong kalau kali ini aku merasakan keprihatinan pada diriku sendiri. Aku sedih karena tak ada lagi alasan bagiku untuk datang ke Fakultas ini, agar aku bisa menyamar menjadi mahasiswa, tak akan ada lagi kesenangan mengaku-ngaku sebagai Sherlock Holmes pada mahasiswi-mahasiswi Fakultas ini.

Namun aku juga sadar sepenuhnya bahwa setelah ini aku masih bisa mendapatkan petualanganku, petualangan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya dan aku akan punya cukup waktu untuk itu. Membuat cerita hidupku sendiri.


Author by OGIE