The Man With His Temple


: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ 
” لَمَّا قَضَى اللَّهُ الْخَلْقَ، كَتَبَ فِي كِتَابِهِ عَلَى نَفْسِهِ، فَهُوَ مَوْضُوعٌ عِنْدَهُ : إِنَّ رَحْمَتِي تَغْلِبُ غَضَبِي”
(رواه مسلم (وكذلك البخاري والنسائي وابن ماجه

Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, dia berkata; Rasulullah SAW bersabda, “Ketika Allah menetapkan penciptaan makhluk, Dia menuliskan dalam kitab-Nya ketetapan untuk diri-Nya sendiri: Sesungguhnya rahmat-Ku (kasih sayangku) mengalahkan murka-Ku" 
(HR. Muslim, Bukhori, An-Nasai, Ibn Majah)



Di sebuah biara, tampak angin berhembus perlahan seolah mengucapkan salam kepada penghuninya. Menyejukkannya. Begitu pun awan yang bergelombang tiba tiba datang ketika panas menerpa biara itu, seolah olah memang datang hanya untuk menaunginya. Meneduhkannya.

kisah juraij, kisah biarawan, juraij dan biaranya

Bahkan ketika hujan datang dengan lebatnya, tiada segenang air pun membanjirinya. Hujan itu hanya membasahi atapnya seolah olah memang datang hanya untuk membersihkannya. Biara yang sederhana itu pun menjadi tampak tegak menjulang dan bersih cemerlang.

Juraij lah sang penghuni biara itu, yang juga telah membangunnya. Seorang abid dari kaumnya. Ia mengkhususkan pembangunan biara itu untuk peribadahannya kepada Allah. Di biara itulah Ia melarutkan diri untuk mengingat Allah, beribadah dengan khusyu’nya. Disanalah Ia menghabiskan banyak waktunya hanya untuk beribadah kepada Allah. Hanya untuk Allah. Kepada Allah.

Suatu hari seperti biasa, Juraij berada di dalam biara. Ia tampak teduh dalam salatnya seolah memang hanya salatlah yang bisa meneduhkan hatinya. Meneguhkan keimanannya kepada Allah. Dan memang kaena salat meneduhkan jiwa.

Ketika itu datanglah Ibundanya tercinta memanggilnya untuk suatu keperluan, namun bukan di saat yang tepat karena Juraij masih khusyu’ dalam peribadahannya kepada Allah. Juraij tak hendak meninggalkan salatnya maka dalam hatinya ia berkata “Yaa Tuhanku itulah ibuku dan ini salatku”.

Esok harinya Sang Ibu datang kembali untuk menemuinya. Namun Juraij juga berada dalam salatnya sehingga ia kembali tak menjawab panggilan ibunya. Dalam hati Juraij kembali berkata, “Yaa Tuhanku itulah ibuku dan ini salatku“.

Dan untuk yang ketiga kalinya sang ibu mendatangi Juraij dan memanggilnya dengan keras “Hai Juraij!“ namun Juraij pun tak menjawabnya. Lagi lagi dalam sholatnya Juraij berkata “Yaa Tuhanku itulah ibuku dan ini salatku “.

Manusia mana yang tak akan kesal bila panggilannya tak dihiraukan? Maka Ibunya pun merasa kesal karena tak juga mendapatkan waktu yang tepat untuk menemui anaknya. Dan lebih kesal lagi karena anaknya tak juga menyambut panggilan ibunya. Lalu syetan menghias hiasi kekesalannya dengan kemarahan yang sangat.

Dalam kemarahannya sang ibu berdoa “Yaa Allah janganlah kau matikan ia sehingga seorang pelacur mendatanginya “.

Sungguh Allah itu Maha Mendengar dan tiada suatu apapun yang luput dari pengawasanNya. Sudah menjadi takdir bahwa doa sang ibu akan menghantarkan Juraij pada fitnah yang menguji keimanan dan ketulusannya dalam beribadah kepada Allah. Suatu cobaan yang tak tertanggungkan. Karena doa ibu untuk anaknya pasti dikabulkan.

Tapi itulah takdir, seperti itulah kekuasaan Allah menimpa kita semua tanpa kita akan duga, menguji kita dan bahkan menyakiti kita. Maka bersabarlah dan mintalah perlindungan kepadaNya. Bila Allah mampu menimpakan cobaan pada kita maka Dia pun mampu untuk menghilangkannya, namun kadang kala kita lupa dan akal kadang menyangkal. Disinilah sesungguhnya kita diuji, akankah kita bertelanjang iman ataukah berjubah kesabaran?

***

Sementara itu disisi lain Kota, terdapat suatu tempat hiburan dimana para lelaki datang hanya untuk mabuk-mabukan dan bermain dengan para penari wanita. Orang-orang itu hanyalah pemuja kesenangan, sedikit dari mereka yang mengenal Tuhan. Bibir mereka hanya basah karena tegukan anggur dan ciuman para pelacur. Suatu tempat untuk memuaskan nafsu dan birahi. Tapi, tempat itu selalu ramai dikunjungi mereka yang memang haus akan kesenangan duniawi.

Di tempat itu seorang wanita menari-nari dengan lenggak-lenggok tubuhnya. Aura kecantikan memancar dari kerlingan matanya yang menggoda. Wajahnya yang seputih salju tampak kemerahan terkena sinar-sinar lilin yang menghiasai ruangan. Aduhai!

Wanita itu menari-nari mengelilingi para lelaki, bermaksud menggoda, mencari lelaki yang mau menyewanya. Sungguh disayangkan memang, kecantikan seorang wanita itu telah diperjual-belikan namun bagi wanita itu inilah pilihannya untuk hidup. Pilihan hidup yang salah.

Rayuan wanita itu tak seorang pun bisa menolaknya disana, namun tersiar kabar kepadanya tentang seorang yang ahli ibadah bernama Juraij yang tak bisa diganggu dari peribadahannya kepada Allah bahkan oleh ibunya sendiri.

Setelah mendengar kabar ini Si wanita itu pun berhasrat untuk merayu Juraij. Ia mungkin merasa jika berhasil merayu Juraij hingga keluar dari peribadahannya maka perbuatannya segera akan melambungkan namanya dan menaikan “harga dirinya”.

Si wanita pun berkata, “Aku akan menggugurkan ibadahnya Juraij

Maka wanita itu pun berangkat ke biara tempat Juraij berada. Tak sulit menemukan biara itu karena memang tempat itu telah begitu terkenal di kalangan mereka. Dan setiap kali wanita itu bertanya pastilah orang-orang segera bisa menunjukkannya.

Tak lama setelah wanita itu sampai di biara, ia pun segera melakukan aksinya menggoda Juraij. Segala cara dan tipu daya telah dilakukan oleh wanita itu untuk merayunya namun Juraij tetap tertegun kepada Tuhannya. Juraij lebih memilih salat kepada Allah sebagai pemuas hati dan hasratnya daripada bercinta dengan seorang wanita.

Hanya saja ada sedikit rasa sesal dihatinya, yaitu mengapa harus ada pelacur di biaranya. Juraij takut akan ada bencana yang menimpanya namun Ia tetap terpekur dalam dzikirnya. Tetap teguh dalam peribadahannya. Juraij melanjutkan salatnya.

Demi menyaksikan keteguhan hati Juraij dalam beribadah, wanita itu pun menyerah. Ia dan setan yang menghasutnya gagal meluluh-lantakan keimanan Juraij. Akhirnya wanita itupun memutuskan untuk pulang.

Namun, Cobaan bagi mereka yang beriman kepada Tuhan, tak berhenti sampai disana. Selalu ada cobaan yang jauh lebih besar dari yang sebelumnya. Dan hanya mereka yang di lindungi Allah lah yang mampu melewati setiap cobaan itu. Maka mengapa kita tak memohon pertolonganNya? Mengapa kita justru berpaling dariNya? Wahai, saksikanlah bagaimana Allah menolong Juraij, bukankah Allah selalu menolong hamba-hambaNya?

Dalam perjalanan pulang si wanita bertemu seorang pengembala tak jauh dari biara. Si pengembala itu terpesona oleh kecantikan sang wanita dan si wanita pun merasa harus menghilangkan rasa kecewa di hatinya terhadap Juraij.

Maka si wanita itu pun menghampiri si pengembala dengan penuh rayuan dan menggodanya. Jatuhlah si pengembala itu pada nafsu dan hasratnya yang menggebu dan kepada si wanita itulah si pengembala melampiaskannya. Maka terjadilah suatu perbuatan keji itu di antara keduanya. (Naudzubillahi min dzalik)

Pada waktunya; Wanita itu kemudian hamil karena perbuatan si pengembala kepadanya. Dan ketika bayinya terlahir orang-orang bertanya kepada wanita itu siapa pelakunya. Wanita itu yang masih memendam rasa kecewa kepada Juraij segera menjawab, “Inilah anak dari hasil perbuatan Juraij

Betapa hinanya seorang abid yang terpedaya hingga berzina di dalam biara, pikir mereka. Mereka pun murka kepada Juraij dan segera berbondong bondong pergi ke biara. Mereka memaksa Juraij keluar dari biaranya dan menghancurkan biaranya.

Setelah menghancurkan Biara, semua orang yang datang lalu memukuli Juraij. Maka Juraij bertanya kepada mereka, “Mengapa kalian berbuat demikian ini? Apa sebabnya?“.

Mereka menjawab, “Kamu telah berzina dengan pelacur ini sehingga melahirkan anakmu

Dalam derita Juraij berkata, “Lalu dimanakah bayinya ?

Merekapun membawa bayi dan wanita itu kehadapannya. Juraij merasa heran lalu berkata, “Lepaskanlah aku untuk salat

Mereka merasa iba dengan kondisinya. Maka mereka yang menyekapnya, akhirnya melepaskannya dan mengizinkannya untuk salat. Juraij pun segera salat dan berdoa memohon pertolongan Allah.

Seusai dari salatnya, dengan penuh keyakinan Juraij menghampiri mereka dan mendekati bayi itu. Dengan perlahan Juraij menekan bayi itu dengan jarinya dan berkata, “Siapakah ayahmu ?

Keajaiban pun datang menyatakan pertolongan Allah atas hambanya, Juraij. Dan seperti itulah keajaiban akan selalu datang pada hamba-hambaNya yang beriman. Si bayi yang masih mungil itu kemudian bisa bicara atas izin Allah. Si bayi menjawab, “Si fulan sang pengembala

Serentak orang-orang yang telah merusak biara dan memukuli Juraij kaget dengan ucapan bayi itu sehingga dengan segera meminta maaf kepada Juraij atas perbuatan mereka. Mereka kemudian memeluk dan mencium Juraij dengan penuh tahzim. Mereka menyesal telah menghakimi seorang yang tak bersalah diantara mereka dengan hukum yang semena mena. Mereka lebih percaya kepada berita seorang pelacur dari pada ketulusan seorang yang ahli ibadah diantara mereka.

Kemudian mereka berkata “Apakah kami harus mengganti biaramu dari emas?

Juraij berkata, “Tidak, kembalikan saja seperti sedia kala

Maka orang orang pun meninggalkan wanita itu dan bayinya. Mereka kini berbondong bondong untuk membangun kembali biara yang telah mereka robohkan. The End.


Author by OGIE 


Nb 1: Aku menceritakan kisah ini hanya untukku tapi aku tahu kau akan membacanya. Kisah ini mungkin membosankan bagimu meski aku telah membumbui kisah nyata ini dengan sedikit narasiku. Tapi mungkin, kisah ini juga menyadarkanmu. Entahlah, aku tak tahu.

Yang kutahu, kisah ini menginspirasiku. Mengapa? Karena percaya atau tidak, kisah ini mirip dengan kisah hidupku sendiri saat ini. Kecuali bagian dimana Allah memberi cobaan kepada Juraij untuk menguji keimanannya, dalam kisahku Allah memberikanku cobaan untuk menyadarkanku dari kekufuranku. Cobaannya mungkin berbeda tapi makna filosofinya sama.

Tujuanku sendiri menulis kisah ini adalah untuk mengingatkanku bahwa Allah pasti akan menolong hamba-hambaNya. Hanya itu. Hanya itu. Hanya “Aku berharap Allah segera menolongku.”

Nb 2: Aku telah dengan sengaja menambahkan dan mengubah sedikit cerita ini, tapi itu tak masalah karena cerita ini hanya untukku. Yang jadi masalah adalah aku mempublikasikannya dan “kau” membacanya.

Aku hanya berpesan padamu, cerita asli tentang Juraij ada dalam hadist-hadist di tempatmu mengaji dan ada banyak kisah juga disana yang akan menginspirasimu. Jadi mengapa kau tidak mulai mendatangi pengajian dan belajar hadist? Bukankah kau haus akan pengetahuan?


SHARE

Suginugi

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar